Tetap Disakralkan Masyarakat Nganjuk, Punden " Mbah Noyokusumo "

 

Berita Ag892kediriraya.com Nganjuk

Sakralnya tempat leluhur atau yang identik oleh masyarakat terkadang disebut sebagai Pepunden / Punden merupakan kawasan yang mempunyai nilai cerita sejarah sangat tinggi. Seperti halnya Makam Mbah Noyokusumo yang terletak di Desa Jogomerto Kecamatan Tanjung Anom Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. 


Di area Punden Desa Jogomerto ini, terdapat lima buah makam. Dua diantara nya adalah makam dari Mbah Noyokusumo dan Nyai Wulandari yang diyakini masyarakat setempat sebagai sosok Sang Dahyang Desa. Makam kuno yang sangat panjang ini, dahulunya terbuat dari Bata kuno hingga akhirnya dipugar dan diganti dengan Batu alam. 

Seorang kakek yang akrab dipanggil Mbah Jo (89 tahun) merupakan juru kunci makam Mbah Noyokusumo yang dipercaya untuk menjaga dan merawat area makam tersebut. Saat ngobrol dengan awak media, Mbah Jo menceritakan,  bahwa area makam ini beberapa waktu lalu sudah dipugar dan diperbaiki oleh Pemerintah Desa Jogomerto. 


" Mbah Noyokusumo diceritakan adalah pelarian dari Majapahit akhir. Diduga beliau adalah Selir dari Ki Ageng Keniten yang makamnya diyakini berada di Desa Kujon - Warujayeng tidak jauh dari Desa Jogomerto. Pada malam tertentu terutama malam Jumat Legi pernah muncul seekor Harimau warna putih di area makam," ucap Mbah Jo, Kamis (09/09).

Lebih lanjut menurut Mbah Jo, bahwa makam tua ini memang menyimpan sejarah berkaitan dengan reruntuhan Majapahit akhir. Banyaknya Bata kuno yang berukuran besar, dulu sempat ditemukan didalam makam tetapi kemudian oleh masyarakat ditanam kembali seiring perbaikan Punden. Yang tersisa diarea dalam makam ini hanyalah sebuah Yoni dengan ceraknya yang sudah patah. Diduga, makam Mbah Noyokusumo di Desa Jogomerto Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk ini adalah tempat pemujaan Hindhu  beraliran Syiwa - Dhurga pada masanya. 

Mbah Jo berharap, kedepannya Makam Punden Desa ini tetap dijaga dan dilestarikan agar anak cucu kita tidak melupakan sejarah leluhurnya. Tradisi Srada/Sadran/Nyadran juga masih di lakukan secara rutin setiap Malam jumat Pahing oleh warga Desa untuk keperluan berkirim doa kepada leluhur Desa.


Sumber : DPN 

Reporter : kallo

Posting Komentar

0 Komentar